Baca Juga
PRIMARY CONTROL SURFACE
Primary control
surface adalah bidang kontrol utama berbentuk airfoil yang
dipasang pada wing, vertical stabilizer
dan horizontal stabilizer. Primary control surface berfungsi
sebagai pengendali manuver pesawat terbang. Dengan adanya flight control inilah pesawat dapat mengatur arah penerbangannya. Primary control surface terdiri dari
aileron, elevator dan rudder.
Gerakan Pesawat |
Aileron
Aileron adalah
bidang kemudi yang dipasang pada bagian trailing
edge masing-masing dekat dengan wing
tip . Aileron berfungsi untuk gerakan berguling pada sumbu longitudinal
yang disebut rolling. Gerakan ke dua aileron kanan dan kiri selalu berlawanan.
Selama dalam
penerbangan, aileron terletak pada posisi normal (tidak digerakkan), maka kedua
bidang sayap kanan dan kiri akan
menghasilkan lift yang sama besar. Jika seorang pilot ingin melakukan roll atau
bank atau berguling ke kanan, maka
yang dilakukan oleh pilot adalah : menggerakan stick control atau tuas kemudi ke arah kanan, sehingga secara
mekanik akan terjadi suatu pergerakan di mana aileron sebelah kanan akan
bergerak naik dan aileron kiri bergerak turun.
Gerakan aileron ketika stik digerakan |
Pada wing kanan dimana aileron
up akan terjadi pengurangan lift (gaya angkat) hal ini dikarenakan aileron yang
naik menyebabkan kecepatan aliran udara di permukaan atas wing berkurang (karena idealnya aliran udara di atas airfoil lebih
cepat daripada di permukaan bawah, sehingga timbul lift) sehingga sayap kanan
kehilangan lift (gaya angkatnya) yang menyebabkan wing kanan turun. Sedangkan
pada wing sebelah kiri, aileron yang turun menyebabkan tekanan udara
terakumulasi dan mengakibatkan wing kiri naik. Begitu juga sebaliknya jika
pilot menginginkan pesawatnya melakukan roll ke sebelah kiri.
Timbulnya Lift ketika Aileron digerakkan |
Bila pesawat
akan berbelok arah, maka gerakan aileron tadi harus dikoordinasikan dengan
menggerakkan rudder dan elevator agar pesawat tidak mengalami “slip” atau “skid”.
Dinamakan pesawat mengalami slip
pada saat belok apabila pesawat tersebut keluar dari jalur yang seharusnya, ia
mengarah ke dalam sehingga radius yang
dibuat menjadi lebih kecil dari radius yang seharusnya. Sementara skid adalah
pesawat mengalami keluar dari jalur yang seharusnya, ia mengarah ke luar
sehingga radius yang dibuat pesawat menjadi lebih besar dari yang seharusnya.
Rudder
Pada pesawat
terbang bagian yang dipergunakan untuk mengontrol arah pesawat (directional stability) adalah bidang
rudder. Gerakan berputar pada sumbu vertical yang dikontrol oleh rudder disebut
yawing. Pemasangan rudder adalah pada bagian trailing edge dari bidang vertikal (vertical stabilizer).
Rudder bekerja
dengan perantara sistem mekanik yang bernama rudder pedal. Seperti halnya pedal
rem atau gas pada mobil. Terdapat dua pedal yaitu kiri dan kanan yang
masing-masing untuk pergerakan yaw kiri dan kanan.
Jika
pilot menginginkan pesawatnya yaw ke kiri maka pilot akan menekan/menginjak
rudder pedal sebelah kiri, secara mekanik akan diartikan rudder akan
berdefleksi ke kiri. Yang terjadi adalah timbul gaya aerodinamik yang menekan
permukaan rudder yang berdefleksi, sehingga tail akan bergerak ke kanan dan nose akan bergerak ke kiri. Maka
pesawat akan yaw ke kiri.
Aerodinamic force pada rudder |
Sebaliknya jika
akan melakukan yaw ke kanan maka yang diinjak adalah rudder pedal sebelah kanan
(lihat gambar di bawah ini).
Gerakan rader ketika pedal diinjak |
Untuk membelokkan
arah pesawat terbang, tidak cukup hanya dengan menggerakkan rudder, akan tetapi
juga menggerakkan aileron sehingga pesawat miring dengan sudut yang tepat dan
sesuai dengan kecepatan belok, sehingga tidak terjadi slip atau skid. Bila
kemiringan pesawat terlalu besar akan mengakibatkan slip, dan bila pesawat kurang miring pesawat akan mengalami skid.
Elevator
Gerakan pesawat
nose up atau nose down (hidung turun naik) pada sumbu lateral yang di kontrol
oleh elevators di sebut pitching. Elevator ini digunakan untuk mengontrol
stabilitas memanjang (longitudinal
stability). Elevator dipasang pada bagian trailing edge dari horizontal
stabilizer, dan dipasang pada sisi kanan dan kiri. Elevator dikendalikan
dari cockpit dengan menggunakan stick
control. Pergerakan elevator bersamaan antara kiri dan kanan, berdefleksi
naik atau turun.
Jika pilot
menginginkan pesawat melakukan pitch up
or down (gerakan menaikan dan menurunkan nose). Maka yang dilakukan adalah
dengan menggerakan stick control pada
cockpit ke depan atau ke belakang. Jika kita menginginkan pitch up (nose ke atas) maka pilot akan menggerakan stick control nya ke belakang (menuju ke
badan pilot) yang akan mendapat respon dengan naiknya elevator secara
bersamaan. Dengan naiknya elevator maka terjadi penurunan gaya aerodinamika
pesawat yang menekan tail ke bawah sehingga nose akan raise atau naik. Kebalikannya jika pilot menginginkan pitch down, maka stick control akan di gerakan ke depan yang akan membuat elevator
bergerak ke bawah sehingga bagian tail mendapat gaya yang menekan ke atas dan
menyebabkan nose turun.
Harus diingat
ketika stik kontrol ditarik ke belakang bukan berarti bahwa secara otomatis
pesawat akan climbing, karena untuk
melakukan climb power motor harus
lebih besar untuk mengimbangi drag yang lebih besar.
Gerakan elevator ketika stik digerakan |
Pada saat
pesawat terbang pada kecepatan tinggi akan terjadi momen negatif (nose down),
hal karena kecepatan tinggi pasti sudut serang kecil dan letak C.P di depan C.G.
Untuk mengimbangi momen negatif tersebut maka maka horizontal stabilizer harus mengahasilkan lift ke bawah.
Pada saat
pesawat terbang pada kecepatan rendah akan terjadi momen positif (nose up), hal
ini karena pada kecepatan rendah pasti sudut serang sayap besar dan letak C.P
di depan C.G. Untuk mengimbangi momen positif tersebut maka maka horizontal stabilizer harus
mengahasilkan lift ke atas (lihat gambar di bawah). Agar horizontal stabilizer dapat menghasilkan lift ke atas atau ke bawah
untuk memberikan keseimbangan bagi pesawat selama terbang, maka bentuk
airfoilnya adalah yang simetris.
0 komentar:
Posting Komentar