Sabtu, 29 April 2017

PRIMARY CONTROL SURFACE

Baca Juga

PRIMARY CONTROL SURFACE

Primary control surface adalah bidang kontrol utama berbentuk airfoil yang dipasang pada wing, vertical stabilizer dan horizontal stabilizer. Primary control surface berfungsi sebagai pengendali manuver pesawat terbang. Dengan adanya flight control inilah pesawat dapat mengatur arah penerbangannya. Primary control surface terdiri dari aileron, elevator dan rudder.
Gerakan Pesawat

Aileron

Aileron adalah bidang kemudi yang dipasang pada bagian trailing edge masing-masing dekat dengan wing tip . Aileron berfungsi untuk gerakan berguling pada sumbu longitudinal yang disebut rolling. Gerakan ke dua aileron kanan dan kiri  selalu berlawanan. 
Selama dalam penerbangan, aileron terletak pada posisi normal (tidak digerakkan), maka kedua bidang sayap  kanan dan kiri akan menghasilkan lift yang sama besar. Jika seorang pilot ingin melakukan roll atau bank atau berguling ke kanan, maka yang dilakukan oleh pilot adalah : menggerakan stick control atau tuas kemudi ke arah kanan, sehingga secara mekanik akan terjadi suatu pergerakan di mana aileron sebelah kanan akan bergerak naik dan aileron kiri bergerak turun. 
Gerakan aileron ketika stik digerakan
Pada wing kanan dimana aileron up akan terjadi pengurangan lift (gaya angkat) hal ini dikarenakan aileron yang naik menyebabkan kecepatan aliran udara di permukaan atas wing berkurang (karena idealnya aliran udara di atas airfoil lebih cepat daripada di permukaan bawah, sehingga timbul lift) sehingga sayap kanan kehilangan lift (gaya angkatnya) yang menyebabkan wing kanan turun. Sedangkan pada wing sebelah kiri, aileron yang turun menyebabkan tekanan udara terakumulasi dan mengakibatkan wing kiri naik. Begitu juga sebaliknya jika pilot menginginkan pesawatnya melakukan roll ke sebelah kiri.
Timbulnya Lift ketika Aileron digerakkan
Bila pesawat akan berbelok arah, maka gerakan aileron tadi harus dikoordinasikan dengan menggerakkan rudder dan elevator agar pesawat tidak mengalami “slip” atau “skid”.
Dinamakan pesawat  mengalami slip pada saat belok apabila pesawat tersebut keluar dari jalur yang seharusnya, ia mengarah  ke dalam sehingga radius yang dibuat menjadi lebih kecil dari radius yang seharusnya. Sementara skid adalah pesawat mengalami keluar dari jalur yang seharusnya, ia mengarah ke luar sehingga radius yang dibuat pesawat menjadi lebih besar dari yang seharusnya.

Rudder

Pada pesawat terbang bagian yang dipergunakan untuk mengontrol arah pesawat (directional stability) adalah bidang rudder. Gerakan berputar pada sumbu vertical yang dikontrol oleh rudder disebut yawing. Pemasangan rudder adalah pada bagian trailing edge dari bidang vertikal (vertical stabilizer).
Rudder bekerja dengan perantara sistem mekanik yang bernama rudder pedal. Seperti halnya pedal rem atau gas pada mobil. Terdapat dua pedal yaitu kiri dan kanan yang masing-masing untuk pergerakan yaw kiri dan kanan.
Jika pilot menginginkan pesawatnya yaw ke kiri maka pilot akan menekan/menginjak rudder pedal sebelah kiri, secara mekanik akan diartikan rudder akan berdefleksi ke kiri. Yang terjadi adalah timbul gaya aerodinamik yang menekan permukaan rudder yang berdefleksi, sehingga tail akan bergerak ke kanan dan nose akan bergerak ke kiri. Maka pesawat akan yaw ke kiri.
 Aerodinamic force pada rudder
Sebaliknya jika akan melakukan yaw ke kanan maka yang diinjak adalah rudder pedal sebelah kanan (lihat gambar di bawah ini).
Gerakan rader ketika pedal diinjak
Untuk membelokkan arah pesawat terbang, tidak cukup hanya dengan menggerakkan rudder, akan tetapi juga menggerakkan aileron sehingga pesawat miring dengan sudut yang tepat dan sesuai dengan kecepatan belok, sehingga tidak terjadi slip atau skid. Bila kemiringan pesawat terlalu besar akan mengakibatkan slip, dan bila pesawat kurang miring pesawat akan mengalami skid.

Elevator

Gerakan pesawat nose up atau nose down (hidung turun naik) pada sumbu lateral yang di kontrol oleh elevators di sebut pitching. Elevator ini digunakan untuk mengontrol stabilitas memanjang (longitudinal stability). Elevator dipasang pada bagian trailing edge dari horizontal stabilizer, dan dipasang pada sisi kanan dan kiri. Elevator dikendalikan dari cockpit dengan menggunakan stick control. Pergerakan elevator bersamaan antara kiri dan kanan, berdefleksi naik atau turun.
Jika pilot menginginkan pesawat melakukan pitch up or down (gerakan menaikan dan menurunkan nose). Maka yang dilakukan adalah dengan menggerakan stick control pada cockpit ke depan atau ke belakang. Jika kita menginginkan pitch up (nose ke atas) maka pilot akan menggerakan stick control nya ke belakang (menuju ke badan pilot) yang akan mendapat respon dengan naiknya elevator secara bersamaan. Dengan naiknya elevator maka terjadi penurunan gaya aerodinamika pesawat yang menekan tail ke bawah sehingga nose akan raise atau naik. Kebalikannya jika pilot menginginkan pitch down, maka stick control akan di gerakan ke depan yang akan membuat elevator bergerak ke bawah sehingga bagian tail mendapat gaya yang menekan ke atas dan menyebabkan nose turun.
Harus diingat ketika stik kontrol ditarik ke belakang bukan berarti bahwa secara otomatis pesawat akan climbing, karena untuk melakukan climb power motor harus lebih besar untuk mengimbangi drag yang lebih besar.
Gerakan elevator ketika stik digerakan
Pada saat pesawat terbang pada kecepatan tinggi akan terjadi momen negatif (nose down), hal karena kecepatan tinggi pasti sudut serang kecil dan letak C.P di depan C.G. Untuk mengimbangi momen negatif tersebut maka maka horizontal stabilizer harus mengahasilkan lift ke bawah.
Pada saat pesawat terbang pada kecepatan rendah akan terjadi momen positif (nose up), hal ini karena pada kecepatan rendah pasti sudut serang sayap besar dan letak C.P di depan C.G. Untuk mengimbangi momen positif tersebut maka maka horizontal stabilizer harus mengahasilkan lift ke atas (lihat gambar di bawah). Agar horizontal stabilizer dapat menghasilkan lift ke atas atau ke bawah untuk memberikan keseimbangan bagi pesawat selama terbang, maka bentuk airfoilnya adalah yang simetris.
Efek kecepatan terhadap downward


0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Who Am I ?


TRI ADI PRASETYA
Welcome to My Blog. 
Saya adalah seseorang yang sedang tersesat di jalan yang bernama kehidupan. 
LinkedIn
Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman